Buku JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah
Sumber Gambar: Dok. Elex Media Komputindo
Buku JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah

Jemaah Islamiyah (JI) adalah salah satu kelompok radikal-teroris terbesar dan paling berbahaya di Asia Tenggara yang dikenal memiliki jaringan kuat dengan Al-Qaeda.

Sejak awal, JI sudah membekali anggotanya untuk “jihad” fisik melalui pelatihan militer intensif, baik di dalam maupun di luar negeri untuk melawan pemerintah dengan mendirikan negara yang diklaim berasaskan khilafah.

JI menarik perhatian dunia melalui aksi pengeboman di Bali pada 2002 dan 2007 yang menewaskan ratusan orang dan kebanyakan korbannya adalah warga asing.

Dua tahun setelah tragedi Bom Bali, bom kembali meledak di Hotel JW Marriott Kuningan, Jakarta dan menyebabkan 12 korban jiwa dan 150 orang terluka.

Tak hanya itu, serangan bom terus berlanjut di Kedutaan Besar Australia pada 2004.

Sejarah mencatat bahwa Jemaah Islamiyah sering dikaitkan dengan berbagai aksi teror, petinggi JI pun membenarkan bahwa dorongan utama serangan mereka adalah balas dendam, utamanya kepada Amerika dan negara-negara sekutunya yang dianggap sebagai negara adidaya dan memusuhi Islam sehingga mereka ingin menghukumnya.

Pihak keamanan tentu tidak tinggal diam dengan semua keonaran ini, mereka melakukan berbagai upaya untuk melemahkan JI.

Hasilnya, penangkapan besar-besaran terhadap tokoh penting kelompok ini berhasil dilakukan pada 2005.

Upaya ini pun berlanjut dengan pengejaran besar-besaran baik di dalam maupun di luar negeri.

Hanya Strategi, Tidak Sepenuh Hati

30 Juni 2024, JI membacakan deklarasi pembubaran organisasi dan menyatakan kembali ke NKRI.

Ustaz Abu Rusydan, salah satu senior JI dengan tegas menyatakan bahwa pembubaran ini bukan usaha penghapusan jejak sejarah yang kelam, akan tetapi bukti pengakuan kesalahan karena pernah lepas dan memusuhi NKRI.

Banyak pihak yang memandang langkah ini dengan skeptisisme sambil mempertanyakan keseriusan JI membubarkan diri.

Apakah ini hanya sebuah strategi untuk menghindari pengawasan dan penindakan pemerintah atau sikap tulus pengakuan kesalahan dan penebusan dosa?

Meragukan pembubaran kelompok yang sarat dengan kekerasan ini tentu sah-sah saja, tetapi jika dilihat lebih mendalam, kelompok ini nyatanya tidak hanya berhenti di pembubaran diri, mereka melanjutkan seremoni ini dengan tiga langkah konkret untuk menunjukkan kesungguhan mereka kembali ke NKRI.

Pertama, menyerahkan DPO yang selama ini menjadi target pencarian pihak keamanan, serta alat-barang-senjata (albas) milik organisasi (6 pucuk senjata api, 2 buah magazen, 1 granat, 40 kg bahan peledak, 952 butir peluru, 11 buah senjata tajam, 7 buah crossbow, 8 pucuk airgun/airsoftgun, 12 buah detonator, dan berbagai aset lainnya).

Upaya ini dilakukan untuk memutus hubungan masa lalu mereka yang penuh dengan kekerasan dan berkomitmen untuk hidup sesuai hukum dan aturan yang berlaku di Indonesia.

Kedua, JI mengevaluasi kurikulum di puluhan pesantren afiliasi mereka untuk memastikan tidak ada lagi ajaran kekerasan dan paham radikal.

Mereka menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun generasi yang lebih toleran dan sesuai dengan semangat Islam.

Dengan langkah ini, JI berupaya memutus rantai kekerasan dan memastikan pesantren mereka menjadi tempat yang mendorong nilai Islam yang damai dan moderat.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Ketiga adalah sosialisasi, JI langsung bergerak memberikan edukasi berbasis kajian syar’i ke para anggota mereka yang tersebar di puluhan wilayah di Indonesia.

Pimpinan JI menyerukan untuk memahami dan menerima keputusan pembubaran JI dengan landasan keyakinan, bukan karena tekanan.

Hal ini dilakukan untuk menyampaikan argumen teologis terkait ijtihad baru yang diambil oleh organisasi.

Pembubaran JI yang diiringi dengan pengakuan dosa dan komitmen untuk berubah ini sebaiknya dilihat sebagai langkah besar menuju rekonsiliasi yang sesungguhnya.

Bagaimanapun, perjalanan untuk kembali ke jalan yang benar adalah proses yang memerlukan dukungan dan apresiasi dari masyarakat dan negara, bukan malah dihujam dengan curiga.

Membangun Indonesia Damai

Tak lama setelah resmi membubarkan diri, JI secara terbuka menyampaikan permintaan maaf kepada negara dan masyarakat Indonesia sebagai bentuk pengakuan atas tindakan-tindakan sejumlah anggotanya yang telah menimbulkan keresahan, ketakutan, dan kerugian.

Mereka menyadari bahwa trauma dari aksi terorisme masih membekas kuat di ingatan masyarakat.

Upaya permintaan maaf tersebut adalah bukti bahwa JI serius menempuh jalan baru yang lebih selaras dengan ajaran Islam, yakni damai, konstitusional, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Kini, setelah mantap kembali ke masyarakat, sebagian besar anggota JI memilih untuk menjauhi perdebatan seputar aksi kekerasan dan fokus membangun kembali hubungan dengan masyarakat dan pemerintah.

JI percaya bahwa transformasi mereka membutuhkan waktu dan usaha yang melelahkan dan lama, tetapi mereka optimis harus memperbaiki pemahaman mereka terhadap Quran dan Sunnah, terutama dalam mempraktikkan manhaj ahlussunnah wal jamaah.

Salah satu kesalahan fundamental JI yang dijelaskan dengan apik di buku ini adalah memahami jihad sebagai perlawanan bersenjata tanpa memperhatikan konteks dan kondisi setempat.

Indonesia tidak berada dalam situasi penjajahan yang dapat membenarkan jihad bersenjata sehingga tindakan JI tidak relevan.

Jihad yang dibutuhkan di Indonesia harus berdasarkan ajaran Islam yang sejalan dengan prinsip keadilan, kemaslahatan umat, dan perdamaian, seperti jihad pendidikan, jihad sosial dan jihad ekonomi, untuk membangun negara yang damai serta sejahtera, bukan kekerasan yang menimbulkan kerusakan.

Kini, semua anggota JI sudah mengakui NKRI dan merevisi keyakinannya bahwa jihad tidak boleh jahat.

Kelebihan Buku JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah

Meskipun tema yang diangkat sangat berat, buku ini berhasil menyajikannya dengan lugas dan bernas.

Buku ini juga sangat detail dalam menceritakan proses JI kembali ke NKRI, dari mulai masa lalu sampai proses panjang mereka memutuskan untuk membubarkan diri, termasuk cara mereka meyakinkan masyarakat dan negara bahwa mereka tidak berpura-pura bubar, melainkan bersungguh-sungguh ingin memperbaiki diri.

Diimbangi dengan data wawancara para tokoh penting JI yang gamblang, buku ini sangat bagus dan membuka pemahaman terhadap kelompok Jemaah Islamiyah.

Kekurangan Buku JI The Untold Story: Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah

Meski buku ini cukup tebal, sepertinya banyak misteri yang belum selesai diungkap sehingga perlu buku kedua untuk mendedah kekurangan tersebut, seperti penjelasan tentang 42 alasan syar’i pembubaran JI, juga fatwa 642 dari Abu Rusydan.

Jika kamu ingin membaca keseluruhan isi bukunya, buku ini dapat dipesan secara online melalui .

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>