
Buku Hal-Hal yang Ingin Kukatakan Pada Diri Sendiri
Sering kali ketika kita mengejar sesuatu, mati-matian mengutamakan sesuatu, sibuk menangani ini dan itu, sibuk menenangkan dan mendengarkan semua masalah orang lain, kita menelantarkan diri kita sendiri.
Kita menaruh kepentingan diri di belakang karena kita lebih “senang” menyenangkan hati orang lain.
Tanpa disadari ”kesenangan” itu perlahan-lahan mengikis diri kita, perlahan-lahan membuat sebuah rongga gelap dalam hati kita, perlahan-lahan kita tidak bisa menyadari bahwa diri kita juga perlu merasa ”senang” oleh diri sendiri.
Kita juga perlu didengarkan, diutamakan, diusahakan, dikasihi oleh diri sendiri.
Namun, bagaimana caranya? Apakah kita bisa? Apakah kita bisa memulihkan diri kita dengan kemampuan diri kita sendiri tanpa meminta tolong pada orang lain?
Isi Buku Hal-Hal yang Ingin Kukatakan pada Diri Sendiri
1. Menyentuh sisi Terdalam dari Diri yang Sering Terabaikan
Buku ini mengajak kita berbicara jujur dengan diri sendiri—diri yang selama ini memilih diam meski dipenuhi kegelisahan, yang menahan lelah tanpa banyak bicara, yang terus melangkah meski nyaris tak lagi punya tenaga, tetapi tetap berusaha kuat karena merasa tak ada pilihan lain.
Buku ini berusaha mengingatkan kita bahwa bahkan diri sendiri pun butuh didengar, dipahami, dan diberi ruang untuk merasa.
2. Cocok untuk Proses Self-Healing
Buku ini hadir bukan sekadar bacaan, melainkan pelukan hangat bagi jiwa yang sedang lelah dan kehilangan arah.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Ia menemani kamu yang sedang berada di persimpangan hidup—yang mungkin merasa asing dengan diri sendiri, mempertanyakan makna dari perjalanan yang sedang dijalani, atau sekadar butuh waktu untuk berhenti dan bernapas.
Buku ini mengajakmu menyusuri kembali lorong-lorong batin yang selama ini kamu abaikan karena terlalu sibuk memenuhi tuntutan dunia luar.
3. Membangun Kebiasaan Self-Compassion (Kasih Sayang pada Diri)
Buku ini mengajak kita untuk menatap diri sendiri dengan cara yang lebih penuh kasih—bukan dengan penilaian atau penyesalan, tapi dengan penerimaan.
Buku ini mendorong kita untuk memaafkan kesalahan yang pernah kita lakukan, mengakui luka yang sempat kita abaikan, dan memberikan ruang bagi diri untuk tumbuh tanpa tekanan.
Dalam setiap lembarnya, buku ini membantu kita perlahan-lahan membuka kembali hubungan yang sempat renggang dengan diri sendiri.
4. Bahasa yang Hangat, Jujur, dan Mengalir
Ditulis dengan gaya tutur yang lembut dan menyentuh, buku ini terasa seperti sedang mengajak bicara dan menemani kita untuk bisa memahami diri sendiri.
5. Desain dan Susunan yang Nyaman Dibaca
Disusun dengan paragraf yang ringkas dan desain yang menenangkan, buku ini enak dibaca perlahan-lahan sambil merenung.
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana isi buku ini, kamu bisa baca yang bisa dibeli di .